Bisnis Kami

Bisnis Kami

Kilang Pertamina Internasional mengelola 6 kilang dengan kapasitas mencapai 1 juta barel per hari (bpd).

Sebagai ujung tombak dalam mendukung ketersediaan energi nasional, Kilang Pertamina Internasional (KPI) berkomitmen untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi yang mendukung ketahanan energi nasional.

Selain 6 (enam) kilang tersebut, KPI juga mengelola dua entitas anak perusahaan, yaitu:

  • PT Kilang Pertamina Balikpapan (PT KPB): Anak perusahaan yang bertanggung jawab mengelola Refinery Development Master Plan Balikpapan
  • PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP): Anak perusahaan yang fokus pada pengembangan dan pengoperasian Grass Root Refinery di Tuban.

Selain itu, KPI turut melakukan pengawasan terhadap PT Tuban Petrochemical Industries dan anak perusahaannya, termasuk PT Trans Pacific Petrochemical Indotama sebagai bagian dari penugasan yang diberikan oleh perusahaan induk.


PROFIL KILANG KPI


Berikut adalah enam kilang yang dikelola oleh KPI beserta spesifikasi dan produk unggulannya:

1. Refinery Unit II - Dumai

  • Kapasitas Pengolahan: 170 ribu bpd
  • Nelson Complexity Index: 7,6
  • Produk: Pertalite, Pertamax, Solar, Pertadex, Avtur, MFO LS, Green Coke

2. Refinery Unit III - Plaju

  • Kapasitas Pengolahan: 120 ribu bpd
  • Nelson Complexity Index: 3,0
  • Produk: Pertalite, Solar, Dexlite, LPG, MFO LS, Polytam

3. Refinery Unit IV - Cilacap

  • Kapasitas Pengolahan: 348 ribu bpd
  • Nelson Complexity Index: 7,4
  • Produk: Pertalite, Pertamax, Solar, Pertadex, Avtur, LPG, Paraxylene, Benzene, Lube Base Oil, Asphalt

4. Refinery Unit V - Balikpapan

  • Kapasitas Pengolahan: 260 ribu bpd
  • Nelson Complexity Index: 4,2
  • Produk: Pertalite, Pertamax, Solar, Pertadex, Avtur, Kerosene, MFO LS

5. Refinery Unit VI - Balongan

  • Kapasitas Pengolahan: 150 ribu bpd
  • Nelson Complexity Index: 11,9
  • Produk: Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Solar, Pertadex, LPG, Avtur

6. Refinery Unit VII - Kasim

  • Kapasitas Pengolahan: 10 ribu bpd
  • Nelson Complexity Index: 2,4
  • Produk: Pertalite, Solar

Dengan kemampuan produksi dan pengelolaan yang mumpuni, KPI terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan energi domestik dan global secara berkelanjutan, serta mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan kemandirian energi nasional.

Dalam menghadapi tantangan market, PT Kilang Pertamina Internasional menerapkan strategi penjualan dengan fokus pada pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan dan pengembangan produk-produk green. Penjualan produk utama KPI dilakukan kepada Bisnis Grup Commercial & Trading, dalam hal ini  PT Pertamina Patra Niaga.

Pada tahun 2023, PT Kilang Pertamina Internasional mengimplementasikan strategi optimasi penjualan diantaranya sebagai berikut:

  1. Joint marketing Ocean Going. PT Kilang Pertamina Internasional selaku produsen produk bunker bekerjasama dengan PT Pertamina Patra Niaga sebagai marketing arm dalam penjualan bunker ramah lingkungan (MFO LS) untuk untuk market kapal-kapal yang akan berlayar ke luar negeri (Ocean Going).
  2. Penugasan penjualan Solar B0 Domestik secara langsung kepada INU BBM sesuai  dengan PERMEN ESDM No. 24/2021 dengan tetap memperhatikan aspek keekonomian dan profitabilitas  kilang.
  3. Penjualan ekspor produk kilang yang merupakan ekses produk yang tidak dapat diserap oleh demand domestik antara lain: MFO LS (Dumai, S. Pakning, Plaju), LSFO V-1250 (Dumai, S. Pakning, Balikpapan), Decant Oil (Plaju, Cilacap, Balongan), HVR-1 (Cilacap), LSCR (Cepu) (TPPI), Green Coke (Dumai).
  4. Ekspor produk baru antara lain Light Naptha (TPPI), LSWR (Cilacap), LSFO V-350 (Kasim), Orthoxylene (TPPI) dan bunker ex blending project (Tanjung Pelepas).
  5. Evaluasi formula harga yang meliputi:
  • Improvement harga jual UCO dengan PT Patra SK
  • Harga jual bunker kepada PT Pertamina International Shipping
  • Improvement transfer price Pertalite dan Pertamax dengan PT Pertamina Patra Niaga

Kilang Pertamina Internasional mengolah Minyak Mentah dan Kondensat (MMK) menjadi produk kilang, dengan pasokan yang bersumber dari MMK domestik, serta dari pasar internasional untuk memenuhi kekurangan pasokan dari domestik. 

Dalam pengadaan minyak mentah, KPI menggunakan tool Crude Acceptance Matrix (CAM) untuk memastikan bahwa minyak mentah yang diolah memenuhi persyaratan teknis dan operasional kilang, termasuk dampaknya terhadap kualitas produk akhir, efisiensi operasional, kehandalan dan keekonomian kilang.

Pengadaan MMK diperoleh melalui bagian Pemerintah, Anak Perusahaan Hulu Pertamina, dan penawaran Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lainnya. Sedangkan pengadaan minyak mentah dari pasar internasional diperoleh melalui pengadaan skema term dan/atau spot.

Refinery Unit KPI mengolah blended crude, maka dalam pelaksanaan evaluasi teknis crude baru, CAM digunakan sebagai basis untuk menentukan maksimal persentase pengolahan crude tertentu.

Batasan pada CAM tidak hanya pada Whole Crude namun juga terdapat batasan pada setiap stream dari Straight Run Product dari Unit Primary (Crude Distillation Unit – CDU dan Heavy Vacuum Unit – HVU) karena  setiap stream tersebut akan terlimitasi dari Unit Secondary (Platforming, Diesel treater, RFCC, HCU dll) dan  spesifikasi finish product (gasoline, Avtur, Solar dll).

Di bawah ini ditampilkan beberapa parameter yang masuk sebagai batasan di dalam CAM:

  1. Whole Crude
    1. Sulfur: mempertimbangkan kemampuan maksimal suatu unit dalam mencegah efek korosi serta menunjukkan distribusi kandungan sulfur dan kadar keasaman (TAN) pada produk.
    2. TAN: mempertimbangkan kemampuan maksimal suatu unit dalam mencegah efek korosi serta menunjukkan distribusi kandungan sulfur dan kadar keasaman (TAN) pada produk.
    3. Salt Content: mempertimbangkan kemampuan maksimal suatu unit untuk mencegah efek korosi di bagian overhead kolom distilasi (CDU) minyak mentah.
    4. Mercury: pencegahan potensi pencemaran lingkungan dengan mempertimbangkan kapasitas unit pengolahan limbah.
    5. Pour Point: menyesuaikan kemampuan fasilitas penerimaan Minyak Mentah di kilang untuk memastikan tidak terjadi kebuntuan pada pipa transfer.
  2. Light Naphta: terkait dengan Unit Ln-Isomerization dan Blending produk Pertalite / Pertamax
    1. Sulfur: mempertimbangkan batas operasional unit NHT dalam menjaga performa katalis Ln-Isom agar tidak menurun.
    2. Nitrogen: mempertimbangkan batas operasional unit NHT dalam menjaga performa katalis Ln-Isom agar tidak menurun.
  3. Heavy Naphta: limitasi unit NHT dan platforming dalam produksi HOMC
    1. Sulfur: mempertimbangkan batasan kemampuan proses di unit NHT dalam mencegah penurunan kinerja katalis pada Unit Platforming
    2. Nitrogen: mempertimbangkan batasan kemampuan proses di unit NHT dalam mencegah penurunan kinerja katalis pada Unit Platforming
    3. N+2A: Parameter utama di feed Unit Platforming untuk mencapai Octane Number yang ditargetkan
  4. Kerosene: limitasi dalam produksi Avtur (RU III, RU IV, dan RU VI)
    1. Freezing Point: menyesuaikan dengan spesifikasi produk Avtur
    2. Naphtelene: menyesuaikan kemampuan Unit Kero Treater untuk menurunkan parameter tersebut agar memenuhi spesifikasi produk Avtur
    3. Smoke Point: menyesuaikan kemampuan Unit Kero Treater untuk menurunkan parameter tersebut agar memenuhi spesifikasi produk Avtur
    4. Mercaptan: menyesuaikan kemampuan Unit Kero Treater untuk menurunkan parameter tersebut agar memenuhi spesifikasi produk Avtur
    5. Sulfur: menyesuaikan kemampuan Unit Kero Treater untuk menurunkan parameter tersebut agar memenuhi spesifikasi produk Avtur
  5. Gasoil: limitasi dalam produksi Solar
    1. CCI: memenuhi standar spesifikasi yang telah ditetapkan untuk produk solar
    2. Sulfur: mempertimbangkan batasan kemampuan unit untuk mencegah efek korosi dan terkait spesifikasi produk solar
    3. TAN: mempertimbangkan batasan kemampuan unit untuk mencegah efek korosi dan terkait spesifikasi produk solar
  6. Long Residue: sebagai feed Unit RFCC (RU IV dan RU VI)
    1. Sulfur: mempertimbangkan batasan kemampuan unit untuk mencegah efek korosi dan terkait spesifikasi produk dari unit RFCC
    2. TAN: mempertimbangkan batasan kemampuan unit untuk mencegah efek korosi
    3. UOP-K: parameter yang menunjukkan seberapa parafin dari bahan baku unit RFCC
    4. Nitrogen: mempertimbangkan batasan maksimum kontaminan agar katalis RFCC tetap berfungsi optimal
    5. Asphaltene: mempertimbangkan batasan untuk mencegah potensi plugging di area bottom system kolom utama RFCC
    6. MCRT: parameter kinerja unit RFCC terkait aspek keseimbangan panas (Heat Balance)
  7. Long Residue: sebagai blending produk MFO
    1. Sulfur: mempertimbangkan batasan kemampuan unit untuk mencegah efek korosi dan terkait spesifikasi produk MFO
    2. TAN: mempertimbangkan batasan kemampuan unit untuk mencegah efek korosi
  8. HVGO: sebagai feed Unit FCC (RU III)
    1. Sulfur: mempertimbangkan batasan kemampuan unit untuk mencegah efek korosi dan terkait spesifikasi produk dari unit FCC
    2. CCR: parameter kinerja unit RFCC terkait aspek keseimbangan panas (Heat Balance)
    3. Nitrogen: mempertimbangkan batasan maksimum kontaminan agar katalis FCC tetap berfungsi optimal
  9. HVGO: sebagai feed Unit HCU (RU II dan RU V)
    1. Sulfur: mempertimbangkan batasan kemampuan unit untuk mencegah efek korosi, menjaga performa katalis
    2. CCR: mempertimbangkan batasan penting untuk menjaga katalis HCU tetap aktif dan bekerja optimal
    3. Nitrogen: mempertimbangkan batasan penting untuk menjaga katalis HCU tetap aktif dan bekerja optimal
    4. Asphaltene: mempertimbangkan batasan penting untuk menjaga katalis HCU tetap aktif dan bekerja optimal
    5. Total Metal: mempertimbangkan batasan penting untuk menjaga katalis HCU tetap aktif dan bekerja optimal

Tabel Crude Acceptance Matrix:

Kilang Pertamina Internasional (KPI) melakukan pengadaan bahan baku (Minyak Mentah/Kondensat/Produk Kilang) merujuk pada Crude Acceptance Matrix (CAM) yang telah ditetapkan. Dalam proses pengadaan tersebut, perusahaan yang terdaftar dalam Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT) Kilang Pertamina Internasional akan diundang untuk mengikuti proses pengadaan.

Untuk dapat masuk sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi Kilang Pertamina Internasional, perusahaan yang memiliki kemampuan untuk memasok bahan baku (Minyak Mentah/Kondensat/Produk Kilang) yang dibutuhkan kilang harus mengikuti proses registrasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Membuat akun untuk mengakses portal registrasi
  2. Menyediakan kelengkapan informasi dan dokumen pada portal registrasi
  3. Proses review dan evaluasi oleh Tim Registrasi KPI. Apabila terdapat dokumen atau informasi yang belum lengkap, perusahaan akan diberitahu untuk melengkapinya
  4. Penyampaian hasil pendaftaran kepada perusahaan

Persyaratan pendaftaran menjadi DMUT KPI adalah sebagai berikut:

  1. Profil Perusahaan
  2. Formulir KYC
  3. Surat Pakta Integritas
  4. Surat Pernyataan
  5. Contoh Dokumen Transaksi Produk Kilang dan/atau Minyak Mentah (BL, Faktur & Kontrak)
  6. Surat Rekomendasi dari perusahaan lain yang pernah melakukan transaksi dengan perusahaan
  7. Kontak PIC termasuk nama, email, nomor telepon dan fax yang akan diundang untuk transaksi dan/atau proses tender di masa mendatang
  8. Surat Deklarasi Sanksi
  9. Akta Pendirian
  10. Anggaran Dasar (termasuk perubahan terakhir, jika ada)
  11. Daftar Pengurus Perusahaan
  12. Daftar Pemegang Saham dan Modal Saham
  13. Izin Usaha
  14. Daftar Penandatangan yang Berwenang (termasuk contoh tanda tangan dan fotokopi KTP/paspor)
  15. Laporan Keuangan 3 Tahun Terakhir (audited) 

Untuk informasi lebih lanjut mengenai portal pendaftaran dan proses pendaftarannya, silakan menghubungi pg@pertamina.com dan/atau pg.kpi@pertamina.com.

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus memperkuat bisnis kilang dan petrokimia melalui pengembangan infrastruktur strategis, termasuk proyek-proyek yang termasuk kedalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Upaya ini dilakukan untuk mendukung ketahanan energi nasional dan meningkatkan daya saing perusahaan di kancah global.

Berikut adalah proyek-proyek strategis yang sedang dikelola:

1. Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan 

  • Proyek ini termasuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN)
  • Kapasitas Pengolahan:  260 MBSD ditingkatkan menjadi 360 MBSD
  • Produk yang dihasilkan: Produk BBM setara Euro V
  • Nilai Investasi: USD 7.437Jt 

2. Refinery Development Master Plan (RDMP) RU VI Balongan 

  • Proyek ini termasuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN)
  • Kapasitas Pengolahan 125MBSD ditingkatkan menjadi 150 MBSD
  • Nilai investasi: USD 92jt
  • Selain RDMP, di RU VI Balongan juga diproduksi Ultra Low Sulfur Diesel (Diesel X)

3. Green Refinery Cilacap

  • Proyek ini merupakan bagian Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam rangka mewujudkan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 23% pada tahun 2025 yang dicanangkan pemerintah.
  • Produk yang dihasilkan HVO, SAF, dan Bionafta yang berasal dari Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah.
  • Proyek ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap 1 dengan kapasitas pengolahan 3000 barrel dan tahap 2 dengan kapasitas pengolahan 6000 barrel

4. GRR Tuban 

  • Proyek NGRR Tuban yang merupakan proyek kerja sama antara Pertamina (kemudian dikelola dikelola PT Pertamina Rosneft Pengolahan & Petrokimia) dan Rosneft Oil Company.
  • Kapasitas pengolahan: 300 kbpd

5. Pengembangan Olefin Complex 

  • Proyek ini ditargetkan menjadi penghasil produk petrokimia terbesar di Asia Tenggara
  • Proyek ini dikelola PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI) yang berlokasi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
  • Produk yang dihasilkan: produk aromatik, baik para-xylene, ortho-xylene, bensin, toluene, heavy aromatic. Namun juga dapat menghasilkan Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti; Premium, Pertamax, elpiji, solar, kerosene.

© Copyright 2024 | PT Kilang Pertamina Internasional. All Rights Reserved. Privacy Policy